Lagu hiburan




Kamis, 18 Juli 2013

University of Muhammadiyah Malang

History Of University Muhammadiyah Malang

University of Muhammadiyah Malang was found in 1964 and initiated by the figure of Muhammadiyah Leadership in Malang. At the beginning the University of Muhammadiyah Malang (UMM) was affiliated with the University of Muhammadiyah Jakarta established by Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Jakarta with the Deed of Notary R.Sihojo Wongsowidjojo in Jakarta No. 71 on June 19 1963. At that time the University of Muhammadiyah Malang had three faculties: Faculty of Economics, Faculty of Law, and the Faculty of Teacher Training and Education which included the Islamic Education Department. The three faculties obtained the registered status from Education and Culture Ministry, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, in 1966 by the Decree Number 68/B-Swt/p/1966 dated December 30 1966. On July 1 1968 the University of Muhammadiyah Malang officially separated from the University of Muhammadiyah Jakarta (UMJ). The management was separated by Yayasan Perguruan Tinggi Muhammadiyah Malang by the Deed of Notary R. Sudiono No. 2 on July 1 1968.
Furthermore, the Deed of Notary updated with the Notary G. Kamarudzaman No. 7 on June 6 1975 and updated again with the Deed of Notary Kumalasari S.H No. 026 on November 24 1988 and was registered in State Court Malang No. 88/PP/YYS/XI/1988 on November 28 1988. In 1968 UMM added the Faculty of Social Welfare which became affiliated with the Faculty of Social Welfare of UMJ. This became the fourth faculty at UMM.

The Islamic Education Department enrolled as the Faculty of Islamic Studies (Faculty of Tarbiyah) which was under the protection of the Religious Ministry. In 1970 the Faculty of Tarbiyah obtained the same status as the State Islamic Institute (IAIN) from the Minister of Religious Decree Number 50 Year 1970. That same year the Faculty of Social Welfare also changed its name to the Faculty of Social Science and Social Welfare Department. In 1975 the Faculty of Social Science officially became independent (separated from UMJ) with the Registered Decree Number 002 A/1/1975 on April 16 1975.
During the years 1977 to 1980 more faculties were added to UMM which included: the Faculty of Engineering in 1977, Faculty of Agriculture in 1980, and the  Faculty of Animal Husbandry. From 1983 to 1993 UMM added new departments and improved the status of existing ones. In 1993 the University of Muhammadiyah Malang opened Post Graduate Programs such as Masters of Management and Masters of Sociology.
Up to the academic year 1994/1995 the University of Muhammadiyah Malang had nine faculties and 25 departments for Graduate Programs, two Masters Programs and one Diploma Program (D3-Nursing). From 1983 to 1994 the most significant developments occurred. From then on the development of UMM was very impressive and included improving the status of departments, the improvement of administration, the addition of facilities and the enlargement and improvement of staff quality in administration and academic. In 2009 UMM merged the Faculty of Agriculture and Faculty of Animal Husbandry-Fishery which became the Faculty of Agricomplex in order to accord with the consortium of agriculture science. There are three available campuses to support the teaching-learning process: Campus I in Jl. Bandung No. 1, Campus II in Jl. Bendungan Sutami No. 188a and Campus III in Jl. Raya Tlogo Mas. To develop the quantity and quality of academic staff UMM employed young lecturers from various well-known universities in Java and improved the quality of the lecturers through funding for further studies both in Indonesia and abroad.
Finally the University of Muhammadiyah Malang transformed into the university of choice for students owing to its hard work.
UMM was recognized by Koordinator Kopertis Wilayah VII, through his speech at a Graduation of University of Muhammadiyah Malang on July 11 1992, that UMM had turned into a great university and had a prosperous future.

By continuously improving the University of Muhammadiyah Malang it became proud but humble and was ready to face the future for “mencerdaskan kehidupan bangsa”- educating the people of the nation and “membangun manusia Indonesia seutuhnya” – developing the Indonesian people to be dignified and compatible with other countries.
Original Write & Editing By : M. Iqbal Maulana

 http://iqbalmaulana.student.umm.ac.id/2012/08/01/history-of-university-muhammadiyah-malang/

Perkembangan Teknologi Informatika

Perkembangan Teknologi Informasi Terbaru

Koran Gambar Bergerak

Senin, 01 Agustus 2011 06:57 Elfawaz
EmailCetakPDF
Share/Save/Bookmark

Perkembangan teknologi informasi terbaru kali ini luar biasa. Sekelompok ilmuwan teknologi informasi di Industrial Technology Research Institute (ITRI) telah menemukan layar monitor setipis kertas. layar monitor ini juga bisa ditekuk dan digulung seperti layaknya kertas biasa tanpa rusak sedikitpun. Sehingga hasil teknologi komputer ini mampu disatukan dengan kertas koran untuk menampilkan gambar bergerak bak poster hidup di film Harry Potter. Layar monitor tipis ini dinamai FlexUPD.
Bukan hanya itu, kelak teknologi terbaru ini juga diharapkan dapat mengurangi berat dan ukuran e-reader dan tablet PC. Layar tipis ini diklaim dapat diintegrasikan dengan beberapa teknologi layar monitor terkini seperti LCD, LED, bahkan OLEDs (organic light-emitting diodes).
Teknologi terbaru temuan ITRI ini telah menerima medali emas dalam Wall Street Journal’s 10th annual Tech Innovation Awards 2010. ITRI memang dikenal sebagai tim ilmuwan teknologi informasi yang terbaik, tahun lalu mereka juga memenangkan Innovation Award untuk penemuan FleXpeaker, loudspeaker setipis kertas. Hak paten FlexUPD sekarang dipegang oleh AU Optronics Corporation of Taiwan yang juga penyandang dana ITRI.
Jika dilihat dari ketebalannya yang sangat tipis dan ditambah dengan teknik layout dan percetakan terbaru, maka akan sangat mungkin bagi FlexUPD untuk ‘ditempelkan’ ke kertas koran untuk menampilkan gambar hidup maupun film yang berhubungan dengan berita yang tengah disajikan dalam koran tersebut. Hal ini tentunya sebuah langkah besar bagi teknologi komunikasi. Struktur elektronik FlexUPD memang sangat canggih. Anatomi layar monitor tertipis di dunia ini terdiri dari lapisan-lapisan mikro film transistors yang dilekatkan pada selembar materi fleksibel. Sehingga layar monitor ini tidak kaku dan dapat memiliki tingkat fleksib ilitas seperti kertas.
Ide pengembangan FlexUPD itu sendiri lahir dari hal yang sepele, yaitu ketika salah seorang ilmuwan ITRI melihat seorang koki yang sedang membuat pancake tipis dan melempar-lemparkannya dengan wajan. Sekarang yang menjadi tantangan bagi mereka adalah bagaimana membuat hasil teknologi terbaru ini dapat diproduksi secara massal dan murah bagi masyarakat. Kapankah FlexUPD dapat diterapkan secara nyata, seperti untuk bermain game misalnya? kita tunggu saja perkembangan teknologi informasi terbaru berikutnya.

Source : teknologi.gravisware.com
No related posts.

Perkembangan Ilmu Pengetahuan

KRONOLOGIS HISTORIS SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

8 Votes

ISNA ASTARINI
09710086



Kebudayaan manusia ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi secara cepat yang merupakan akibat peran serta pengaruh dari pemikiran filsafat Barat. Pada awal perkembangannya, yakni zaman Yunani Kuno, filsafat diidentikkan dengan ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah antara pemikiran filsafat dan ilmu pengetahuan tidak dipisah, sehingga semua pemikiran manusia yang muncul pada zaman itu disebut filsafat. Pada abad Pertengahan, filsafat menjadi identik dengan agama, sehingga pemikiran filsafat pada zaman itu menjadi satu dengan dogma gereja. Pada abad ke-15 muncullah Renaissans kemudian disusul oleh Aufklaerung pada abad ke-18 yang membawa perubahan pandangan terhadap filsafat. Pada masa ini filsafat memisahkan diri dari agama, sehingga membuat orang berani mengeluarkan pendapat mereka tanpa takut akan dikenai hukuman oleh pihak gereja. Filsafat zaman modern tetap sekuler seperti zaman Renaissans, yang membedakan adalah pada zaman ini ilmu pengetahuan berpisah dari filsafat dan mulai berkembang menjadi beberapa cabang yang terjadi dengan cepat. Bahkan pada abad ke-20, ilmu pengetahuan, mulai berkembang menjadi berbagai spesialisasi dan sub-spesialisasi.
Ilmu pengetahuan pada awalnya merupakan sebuah sistem yang dikembangkan untuk mengetahui keadaan lingkungan disekitanya. Selain itu, ilmu pengetahuan juga diciptakan untuk dapat membantu kehidupan manusia menjadi lebih mudah. Pada abad ke-20 dan menjelang abad ke-21, ilmu telah menjadi sesuatu yang substantif yang menguasai kehidupan manusia. Namun, tak hanya itu, ilmu pengetahuan yang sudah berkembang sedemikian pesat juga telah menimbulkan berbagai krisis kemanusiaan dalam kehidupan. Hal ini didorong oleh kecenderungan pemecahan masalah kemanusiaan yang lebih banyak bersifsat sektoral. Salah satu upaya untuk menyelesaikan masalah-masalah kemanusiaan yang semakin kompleks tersebut ialah dengan mempelajari perkembangan pemikiran filsafat.
Perkembangan filsafat Barat dibagi menjadi beberapa periodesasi yang didasarkan atas ciri yang dominan pada zaman tersebut. Periode-periode tersebut adalah :
  1. 1. Zaman Yunani Kuno (Abad 6SM-6M)
Ciri pemikirannya adalah kosmosentris, yakni mempertanyakan asal usul alam semesta dan jagad raya sebagai salah satu upaya untuk menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya gejala. Dan beberapa tokoh filosof pada zaman ini menyatakan pendapatnya tentang arche, antara lain :
  • Thales (640- 550 SM)             :  arche berupa air
  • Anaximander (611-545 SM)   :  arche berupa apeiron (sesuatu yang tidak terbatas)
  • Anaximenes (588-524 SM)     :  arche berupa udara
  • Phytagoras (580-500 SM)       :  arche dapat diterangkan atas dasar bilangan-bilangan.
Selain keempat tokoh di atas ada dua filosof, yakni Herakleitos (540-475 SM) dan Parmindes (540-475 SM) yang mempertanyakan apakah realitas itu berubah, bukan menjadi sesuatu yang tetap. Pemikir Yunani lain yang merupakan salah satu yang berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan adalah Demokritos (460-370 SM) yang menegaskan bahwa realitas terdiri dari banyak unsur yang disebut dengan atom (atomos, dari a-tidak, dan tomos-terbagi). Selain itu, filosof yang sering dibicarakan adalah Socrates (470-399 SM) yang langsung menggunakan metode filsafat langsung dalam kehidupan sehari-hari yang dikenal dengan dialektika (dialegesthai) yang artinya bercakap-cakap.  Hal ini pula yang diteruskan oleh Plato (428-348 SM). Dan pemikiran filsafat masa ini mencapai puncaknya pada seorang Aristoteles (384-322 SM) yang mengatakan bahwa tugas utama ilmu pengetahuan adalah mencari penyebab-penyebab obyek yang diselidiki. Ia pun berpendapat bahwa tiap kejadian harus mempunyai empat sebab, antara lain penyebab material, penyebab formal, penyebab efisien dan penyebab final.
  1. 2. Zaman Pertengahan (6-16M)
Ciri pemikiran pada zaman ini ialah teosentris yang menggunakan pemikiran filsafat untuk memperkuat dogma agama Kristiani. Pada zaman ini pemikiran Eropa terkendala oleh keharusan kesesuaian dengan ajaran agama. Filsafat Agustinus (354-430) yang dipengaruhi oleh pemikiran Plato, merupakan sebuah pemikiran filsafat yang membahas mengenai keadaan ikut ambil bagian, yakni suatu pemikiran bahwa pengetahuan tentang ciptaan merupakan keadaan yang menjadi bagian dari idea-idea Tuhan. Sedangkan Thomas Aquinas (1125-1274) yang mengikuti pemikiran filsafat Aristoteles, menganut teori penciptaan dimana Tuhan menghasilkan ciptaan dari ketiadaan. Selain itu, mencipta juga berarti terus menerus menghasilkan serta memelihara ciptaan.
3. Zaman Renaissans (14-16M)
Merupakan suatu zaman yang menaruh perhatian dalam bidang seni, filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi. Zaman ini juga dikenal dengan era kembalinya kebebasan manusia dalam berpikir. Tokoh filosof zaman ini diantaranya adalah Nicolaus Copernicus (1473-1543) yang mengemukakan teori heliosentrisme, yang mana matahari merupakan pusat jagad raya. Dan Francis Bacon (1561-1626) yang menjadi perintis filsafat ilmu pengetahuan dengan ungkapannya yang terkenal “knowledge is power
  1. 4. Zaman Modern (17-19M)
Filsafat zaman ini bercorak antroposentris, yang menjadikan manusia sebagai pusat perhatian penyelidikan filsafati. Selain itu, yang menjadi topik utama ialah persoalan epistemologi.
  1. a. Rasionalisme
Aliran ini berpendapat bahwa akal merupakan sumber pengetahuan yang memadai dan dapat dipercaya. Pengalaman hanya dipakai untuk menguatkan kebenaran pengetahuan yang telah diperoleh melalui akal. Salah satu tokohnya adalah Rene Descartes (1598-1650) yang juga merupakan pendiri filsafat modern yang dikenal dengan pernyataannya Cogito Ergo Sum (aku berpikir, maka aku ada). Metode yang digunakan Descrates disebut dengan a priori yang secara harfiah berarti berdasarkan atas adanya hal-hal yang mendahului. Maksudnya adalah dengan menggunakan metode ini manusia seakan-akan sudah mengetahui dengan pasti segala gejala yang terjadi.
  1. b. Empirisisme
Menyatakan bahwa sumber ilmu pengetahuan adalah pengalaman, baik lahir maupun batin. Akal hanya berfungsi dan bertugas untuk mengatur dan mengolah data yang diperoleh dari pengalaman. Metode yang digunakan adalah a posteriori atau metode yang berdasarkan atas hal-hal yang terjadi pada kemudian. Dipelopori oleh Francis Bacon yang memperkenalkan metode eksperimen.
  1. c. Kritisisme
Sebuah teori pengetahuan yang berupaya untuk menyatukan dua pandangan yang berbeda antara Rasionalisme dan Empirisme yang dipelopori oleh Immanuel Kant (1724-1804). Ia berpendapat bahwa pengetahuan merupakan hasil yang diperoleh dari adanya kerjasama antara dua komponen, yakni yang bersifat pengalaman inderawi dan cara mengolah kesan yang nantinya akan menimbulkan hubungan antara sebab dan akibat.
  1. d. Idealisme
Berawal dari penyatuan dua Idealisme yang berbeda antara Idealisme Subyektif (Fitche) dan Idealisme Obyektif (Scelling) oleh Hegel (1770-1931) menjadi filsafat idealisme yang mutlak. Hegel berpendapat bahwa pikiran merupakan esensi dari alam dan alam ialah keseluruhan jiwa yang diobyektifkan. Asas idealisme adalah keyakinan terhadap arti dan pemikiran dalam struktur dunia yang merupakan intuisi dasar.
  1. e. Positivisme
Didirikan oleh Auguste Comte (1798-1857) yang hanya menerima fakta-fakta yang ditemukan secara positif ilmiah. Semboyannya yang sangat dikenal adalah savoir pour prevoir, yang artinya mengetahui supaya siap untuk bertindak. Maksudnya ialah manusia harus mengetahui gejala-gejala dan hubungan-hubungan antar gejala sehingga ia dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Filsafat ini juga dikenal dengan faham empirisisme-kritis, pengamatan dengan teori berjalan beriringan. Ia membagi masyarakat menjadi atas statika sosial dan dinamika sosial.
  1. f. Marxisme
Pendirinya ialah Karl Marx (1818-1883) yang aliran filsafatnya merupakan perpaduan antara metode dialektika Hegel dan materialisme Feuerbach. Marx mengajarkan bahwa sejarah dijalankan oleh suatu logika tersendiri, dan motor sejarah terdiri hukum-hukum sosial ekonomis. Baginya filsafat bukan hanya tentang pengetahuan dan kehendak, melainkan tindakan, yakni melakukan sebuah perubahan, tidak hanya sekedar menafsirkan dunia. Yang perlu diubah adalah kaum protelar harus bisa mengambil alih peranan kaum borjuis dan kapitalis melalui revolusi, agar masyarakat tidak lagi tertindas.

  1. 5. Zaman Kontemporer (Abad ke-20 dan seterusnya)
Pokok pemikirannya dikenal dengan istilah logosentris, yakni teks menjadi tema sentral diskursus para filosof. Hal ini dikarenakan ungkapan-ungkapan filsafat cenderung membingungkan dan sulit untuk dimengerti. Padahal tugas filsafat bukanlah hanya sekedar membuat pernyataan tentang suatu hal, namun juga memecahkan masalah yang timbul akibat ketidakpahaman terhadap bahasa logika, dan memberikan penjelasan yang logis atas pemikiran-pemikiran yang diungkapkan.
Pada zaman ini muncul berbagai aliran filsafat dan kebanyakan dari aliran-aliran tersebut merupakan kelanjutan dari aliran-aliran filsafat yang pernah berkembang pada zaman sebelumnya, seperti Neo-Thomisme, Neo-Marxisme, Neo-Positivisme dan sebagainya.


http://sophiascientia.wordpress.com/kronologis-historis-sejarah-dan-perkembangan-ilmu-pengetahuan/

Rabu, 17 Juli 2013

The Psychology of Love

The Psychology of Love

Can psychological research tell us anything about love?

A depiction of romantic love in the 19th century
A 19th century depiction of romantic love
How do we define love?What is love? How do we define it? Is love one thing or a set of many things? Are there different types of love? Is love the same for different types of relationships? Even as far back as the ancient Greeks, people have struggled with the nature of love. Poets have written about love perhaps as long as poets have been writing. Psychologists may lack the eloquence of poets but through empirical research, we can study the nature of love systematically. We can observe people in different situations, interview them about their life experiences and develop questionnaires to investigate people's attitudes and behaviors. This way, definitions of love are drawn not only from personal opinion but from scientific investigations.
How are factor analyses used in the study of love?
Is love one entity or is it made up of many different parts? One way to explore the structure of love is through factor analysis. This is an important statistical technique that shows how different items group together. It is used to investigate if a single idea is made up of separate sub-categories. Researchers create questionnaires based on a series of items, words or scenarios related to love. They then ask research participants to rate their love relationships using these questionnaires. Through factor analyses, researchers can then identify clusters of items that inter-correlate (or group together).  These clusters, or factors, can then be labeled as components of love.
Are there different types of love?
Some researchers suggest that there are many types of love. Others suggest one core feature to love that cuts across different types of relationships. For example, in 1977 using factor analysis of 1500 items related to love, John Lee categorized 6 major types of love: eros (erotic desire for an idealized other), ludus (playful or gamelike love), storge (slowly developing attachment), mania (obsessive and jealous love), agape (altruistic love), and pragma (practical love). In their own 1984 factor analytic study, Robert Sternberg and Susan Gracek identified one overarching factor, which they termed interpersonal communication, sharing and support (later called intimacy).  
What is the triangular theory of love?
Drawing from previous research, Robert Sternberg proposed the triangular theory of love in a 1986 paper. In this model, all love is composed of three elements: intimacy, passion and commitment. Intimacy involves closeness, caring, and emotional support. Passion refers to states of emotional and physiological arousal. This includes sexual arousal and physical attraction as well as other kinds of intense emotional experiences.  Commitment involves a decision to commit to loving the other and trying to maintain that love over time. Using different combinations of these three elements, Sternberg described eight different kinds of love: nonlove (low on all 3 elements), liking (high on intimacy only), infatuated love (passion only), empty love (commitment only), romantic love (intimacy and passion), companionate love (intimacy and commitment), fatuous love (passion and commitment), and consummate love (all three together). 
How does love differ for lovers, family and friends?
Research suggests that the feeling of intimacy, emotional connection and closeness is central to all types of love. What may differ across relationships is the degree of passion as well as the level of commitment. We can speculate that all love relationships would have high levels of intimacy; romantic love would have high levels of passion; and familial and long-term romantic relationships high levels of commitment. In fact, Sternberg and Gracek found that the intimacy component of love cut across all close relationships, with similar ratings for family, friendship and romantic relationships. In a 1985 study by Keith Davis, spouses or lovers did not differ that much from close friends on liking (similar to Sternberg's concept of intimacy), but did differ on loving (which they conceptualized as liking plus passion and commitment).
18th century Japanese woodblock print depicting romantic love
Romantic love as depicted in an 18th century Japanese woodblock print
Do approaches to romantic love vary across cultures?The distinction between collectivist cultures and individualistic cultures is frequently made in cross-cultural studies. In collectivist cultures, found in many Asian countries, an individual's identity is tied to his or her social group. In individualistic countries, such as the United States and Canada, the individual's independent identity is prioritized. People from collectivist cultures expect love to grow as the marriage unfolds over time. There is less emphasis on romance and infatuation. Instead people emphasize practical concerns, such as income potential and compatibility with the extended family. In contrast, people from individualist countries emphasize the passionate side of love when looking for a spouse. They focus on feelings of excitement and physical attraction.
Using Sternberg's triangular theory of love, Ge Gao measured the role of intimacy, passion and commitment in 90 Chinese and 77 American couples in a 2001 study. Ratings of passion were higher in American than Chinese couples, but ratings of intimacy and commitment did not differ. 

  •  If you want to read more about the psychology of love, sex, marriage and family (plus many, many more topics), check out The Handy Psychology Answer Book, available at Amazon.com and Visible Ink Press.

References:
Gao, G. (2001). "Intimacy, Passion and Commitment in Chinese and U.S. American Romantic Relationships." International Journal of Intercultural Relations. 25(3), 329-42.
Sternberg, R. (1986). "A Triangular Theory of Love." Psychological Review. 93(2),119-35.
Sternberg, R. & Gracek, S. (1984). "The Nature of Love." Journal of Personality and Social Psychology. 4 (2), 312-29.

http://www.psychologytoday.com/blog/handy-psychology-answers/201102/the-psychology-love

Psikologi dalam pandangan islam

  PSIKOLOGI DALAM PERSPEKTIF ISLAM

In The Name of ALLAH,Most Gracious Most Merciful...
Holy Prophet Muhammad, peace and blesssings be upon him and his Household (Ahlul Bayt)

اسلام عليـكم ورحمت الله وبر كا ته

kef halukum jami'a??

Ana doakan saudara-saudara seakidah sentiasa dalam rahmat dan Kasih-sayang-NYA selalu..Sebelum menulis dengan lebih lanjut, izinkan ana untuk memohon kemaafan kerana sudah agak lama blog ini tidak di”update”.. Ana cuba juga mencari sela masa di antara waktu-waktu sibuk ana namun tidak berjaya. Biasanya, sela-sela masa tu diisi pula dengan perkara lain yang ana rasakan susah untuk dikorbankan..Apapun, InsyaALLAH, ana cuba curi masa ana untuk mengemaskinikan blog ana dengan lebih kerap. Mungkin ana boleh praktikkan jadual tetap untuk menulis di sini. Mudah-mudahan Allah swt beri kelapangan masa dan fikiran untuk berbuat demikian..=D

Setelah sekian lama tidak meng"update" blog berbanding dulu..akhirnya ana kembali semula di lapangan ilmu yang semakin hari semakin ana rindu terutamanya sadiqati2 yang tidak jemu2 menunggu kemunculan perkongsian ana..(ade ker..??hee..) Sebetulnya, ana agak sibuk sikit dengan urusan dunia + jihad ilmu (subjek yang memerlukan ana banyak bermain dengan perasaan..hehe). Di saat ini ada beberapa assignment ana yang masih tak gerak2 lagi..=) bukan bertangguh, cuma hampir setiap minggu dipenuhi dengan presentation, group discussion n so on..Walaubagaimanapun,memetik kata murabbi ana, Ustaz al-Kassim.."Masa itu ibarat pedang, sekiranya kita tidak memotongnya, maka ia akan memotong kita".. Ana akui kebenaran kata2 ini, sememangnya pengurusan masa sangat9 penting khususnya bagi pelajar kerana pengurusan masa yang baik dapat mendisiplinkan kita dalam melaksanakan aktiviti seperti pembelajaran.. Bayangkan betapa pentingnya masa yang diberi dalam sehari iaitu 24 jam.Tidak lebih dan tidak kurang. Semua tu terpulang pada kita untuk menggunakan sebaik-baiknya..Sedari awal, matlamat ana dalam berblogging cuma satu iaitu "ingin memaksimakan teknologi untuk da'wah dan jihad"...insyaALLAH..Doakan ana terus thabat dalam perjalanan ini..Semoga dengan cara ini, kita sama2 dapat bekongsi ilmu dan mudah-mudahan ilmu itu dapat mendekatkan diri kita kepada-NYA..Jangan lupa, tegur la andai ada kesilapan di sebalik tinta pena ana di sini..


Untuk entri kali ana nak berkongsi apa yang ana sedang belajar iaitu tentang psikologi.. Ana sebenarnya lebih berminat mengkaji sesuatu yang berkaitan dengan Islam walaupun seperti yang telah diketahui, psikologi ini banyak menggunakan teori2 dari psikologist Barat dan diterima pakai serta menjadi bahan rujukan di Malaysia..tetapi kadang-kadang terdapat juga teori2 yang bertentangan dengan Islam..Tanpa kita sedari, Islam juga telah memberi sumbangan yang besar kepada perkembangan ilmu jiwa @ psikologi.

Sumbangan tersebut boleh dilihat dari aspek-aspek berikut:

i- Imam Abu Mansur Al-Talabi
= Beliau telah memperkenalkan 50 istilah psikologi.
contohnya: "janin", "walid", "rada'I", "baligh", dan sebagainya.

ii- Al-Quran
= Dalam al-Quran ada menyatakan beberapa istilah yang berkaitan dengan psikologi seperti berikut:

a) "al-nafs" disebut sebanyak 367 kali dalam al-Quran. Yang membawa maksud kemanusiaan dan keseluruhannya.

b) "al-Qalb" diulang sebanyak 144 kali didalam al-Quran. Yang dikhususkan dengan hal emosi.

c) "al-aql" disebut sebanyak 49 kali di dalam al-Quran. Yang merupakan cara manusia berfikir.

d) "al-Roh" diulang sebanyak 25 kali di dalam al-Quran. Yang membawa maksud iaitu sebagai pemberian hidup adalah berkaitan, dimana roh merupakan bahagian utama diri manusia yang menjadi punca kehidupan yang mengandungi "al-Nafs" (jiwa), "al-Qalb"(hati) dan "al-Aql"(akal).

Sumbangan Tokoh-tokoh Islam dalam bidang Psikologi:

a) Al-Farabi

-Bermula dengan penggunaan akal. Akal dikaitkan oleh beliau sebagai satu gejala yang mempunyai daya kekuatan yang dapat memancarkan roh. Daya kekuatan yang dimaksudkan adalah merangkumi beberapa daya yang lain seperti:
# Daya kepimpinan untuk hidup (survival instinct)
# Daya pemeliharaan diri (self defence mechanism)
# Daya pengembangan zuriat (breeding mechanism)
# Daya perasaan dan imaginasi
# Daya intelek yang praktis

-Akal juga mempunyai 2 bahagian kekuatan:
# Boleh berfikir sesuatu yang berbentuk abstrak iaitu terpisah daripada kebendaan yang dapat dirasai.
# Daya kekuatan untuk mencari sesuatu yang dapat memberi faedah, kebaikan dan kesempurnaan jasmani.(**daya kekuatan yang kedua ini akan hancur jasad ditelan bumi sedangkan daya kekuatan yang pertama akan dibangkitkan bersama roh pada hari kiamat).

b)Ibnu Sina
Teori al-Farabi, telah diperkembangkan lagi oleh Ibnu Sina.
-mengikut tokoh psikologi Islam iaitu Ibnu Sina, Roh boleh disenaraikan kepada 3 bahagian:
# Roh manusia
# Roh tumbuhan
# Roh haiwan

- Kejadian roh manusia menurutnya adalah unik kerana keupayaan roh untuk hidup tanpa jasad. Tetapi mustahil jasad hidup tanpa roh kerana sekiranya roh memisahkan dirinya dari jasad, jasad akan menjadi mayat. Menurutnya lagi roh haiwan dan tumbuh-tumbuhan penting untuk kehidupan jasad manusia kerana dengan adanya kedua-dua unsur ini telah membolehkan manusia untuk terus hidup.


c) Ibnu Rusyd

- Karya agung Ibnu Rusyd yang menyumbang kepada perkembangan ilmu psikologi ialah karya yang berjudul "Al-Tuhafut".

- Karya ini menyatakan bahawa roh membolehkan jasad seseorang itu hidup. Menurut beliau, apabila mati, roh itu akan terus hidup dalam alam kerohanian yang tidak berbentuk kebendaan. Pada hari kiamat kelak, hanya roh sahaja yang akan dibangkitkan kembali, sedangkan jasad telah menjadi tanah tetap musnah.



d) Ulama Al-Kalam

-Ulama Al-Kalam tidak banyak membincangkan mengenai roh yang dikatakan berkait rapat dengan bidang psikologi. Meraka banyak membincangkan bahawa pada hari kiamat manusia dibangkitkan dalam bentuk roh dan jasad.Mereka menolak pendapat Al-Farabi, Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.

e) Imam al-Ghazali

Imam Ghazali dalam karyanya Ihya’ Ulumuddin telah membezakan roh dan jasad manusia. Menurut Ghazali, terdapat tiga unsur di dalam roh manusia iaitu al-qalb(hati), al-nafs (nafsu) dan al-‘aql (akal). Roh adalah nyawa yang menghidupkan manusia, haiwan dan tumbuh-tumbuhan. Roh yang ada pada manusia kekal dan abadi, manakala roh haiwan dan tumbuh-tumbuhan akan musnah.

Di dalam hati menurutnya, sifat semula jadinya cintakan kebaikan. Nafsu pula mempunyai dua unsur kekuatan iaitu kebaikan dan kejahatan yang mempengaruhi hati. Jika nafsu baik lebih banyak, maka hati akan bertambah baik, tetapi jika nafsu jahat lebih banyak maka hati akan dikuasai oleh nafsu jahat. Akal pula berfungsi untuk mencari ilmu bagi membersihkan hati ke arah kebaikan dan kebenaran. Ia juga berfungsi untuk mencari jalan yang paling berkesan untuk melaksanakan kehendak hati ke arah kebaikan Malah akal juga berfungsi untuk melaksanakan kehendak hati bagi tujuan kebaikan atau kejahatan.

Al-Ghazali juga menjelaskan bahawa rohanilah yang menguasai jasad manusia. Segala pancaindera rasa seperti mata, telinga, mulut, lidah, akalnya dan anggota badannya serta segala organ yang ada dalam diri manusia semuanya tunduk kepada titah perintah rohani manusia. Al-Ghazali menganggap bahawa jasad manusia dengan segala anggotanya merupakan tentera kepada hati dan rohani manusia.
******************************

Mulai minggu depan, bermula la quiz dan test,mohon doa para sahabat semua agar ana najah dalam menghadapi imtihan ye..^_^

Akhirul kalam, sama-sama la kita renungkan kata-kata Ibnu Qayyim al-Jauziyah,
1. Ilmu pengetahuan - membazir jika tidak diamalkan untuk jalan kebaikan. 2. Amalan - membazir jika dilakukan tidak dengan hati yang ikhlas. 3. Kekayaan - membazir jika dibelanjakan pada perkara yang tidak bermanafaat dan tidak diredhai Allah. 4. Hati - membazir jika kosong daripada kasih kepada Allah. 5. Tubuh badan - membazir jika tidak digunakan untuk beribadah kepada Allah. 6. Cinta - membazir jika dicurahkan kepada selain Allah atau melebihi cinta kepada-Nya. 7. Masa - membazir jka tidak diurus dengan sebaiknya. 8. Akal - membazir jika tidak memikirkan sesuatu yang bermakna kepada agama. 9. Zikir - membazir jika tidak memberi kesan kepada hati.

wassalam...


FILSAFAT ILMU PSIKOLOGI

FILSAFAT ILMU PSIKOLOGI


Senin, 26 September 2011

     FILSAFAT ILMU PSIKOLOGI

   Filsafat Ilmu Psikologi

         A .   Pengertian Filsafat Ilmu psikologi
   Filsafat ilmu Psikologi merupakan cabang dari filsafat pengetahuan.
1.       Dasar metafisika, ditinjau dari aliran besar dalam psikologi seperti ada tidaknya hubungan antara psikologi behavioristik dan psikologi psikoanalisis.
2.       Dasar Epsitemologi, terkait dengan objek kajian psikologi, metode dan batas pengetahuan.
3.       DasarAksiologi, penerapan prinsip etika dalam praktek
4.       Dasar  Logika Ilmu, pembentukan kesimpulan yang sah.
         B .   Ruang Lingkup Kajian Filsafat Ilmu Psikologi
1.       Metafisika: Eksistensi realitas yang berhubungan dengan keberadaan ilmu psikologi
2.       Epistemologis: Metode pencapaian pengetahuan yang berhubungan dengan ilmu psikologi
3.       Etika: Moral yang berhubungan dengan aktivitas pencapaian ilmu dan penerapan ilmu psikologi dalam masyarakat.
4.       Estetika: keindahan yang berhubungan dengan ilmu psikologi
5.       Logika: pembentukan suatu kesimpulan ilmiah yang berhubungan dengan ilmu psikologi
Ruang Lingkup yang lain: ilmu psikologi mencakup pengertian, tujuan, masalah metode, penggolongan, pengembangan teori, hubungan, serta aliran.
         C .  Penggolongan Filsafat Ilmu
-          Oleh : Arthur pap
-          Terbagi menjadi:
1.       Filsafat Ilmu Umum, menekankan konsep filosofis dan ciri-ciri umum metode ilmiah. Objeknya: semua ilmu
2.       Filsafat Ilmu khusus, menekankan konsep filosofis pada ilmu tertentu dan ciri-ciri metode ilmiah yang digunakan ilmu itu. Contoh: filsafat ilmu biologi, filsafat ilmu psikologi, dll.
         D .    Aliran-aliran utama dalam Filsafat Ilmu
1.       Empirisme
-          Pengalaman menciptakan pengetahuan manusia
-          Pengalaman yang bersifat sensorik (berdasarkan fungsi alat panca indra) dan indrawi.
Contoh: melakukan observasi dengan bantuan indra manusia bahwa air mendidih dalam suhu 1000
-          Varian dalam Empirisme:
a.       Empirisme naif
b.      Empirisme Kontemporer
c.       Empirisme ekstrim
2.       Rasionalisme
-          Pengetahuan manusia berasal dari AKAL
-          Contoh: ilmu yang mutlak seperti matematika, kebenarannya sudah pasti dan tidak ada kondisi apapun yang dapat membuatnya menjadi salah.
 

Selasa, 16 Juli 2013

Dunia Psikologi

Teori-teori Psikologi Perkembangan

Dalam memahami perkembangan manusia, teori mempunyai peranan yang sangat penting. Teori dapat membantu kita memahami gejala-gejala dan membuat ramalan tentang bagaimana kita berkembang serta bagaimana kita berperilaku. Dalam pembahasan tentang perkembangan manusia, terdapat banyak teori, mulai dari sederhana dan sistematis sampai pada yang rumit. Berikut akan dibahas tentang teori-teori perkembangan, diantaranya psikodinamis, kognitif, teori kontekstual, serta teori behavior dan belajar social.

1. Teori Psikodinamik
Psichologycal of Human

    Teori psikodinamik adalah teori yang menjelaskan tentang perkembangan kepribadian. Unsur-unsurnya adalah aspek-aspek internal manusia seperti emosi, motivasi, dan aspek internal lainnya. Asumsi teori ini adalah adalah kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-aspek psikologi, yang umumnya terjadi sejak masa bayi. Pada masing-masing tahap, individu mengalami konflik internal yang harus diselesaikan sebelum memasuki tahap berikutnya. Teori ini banyak dipengaruhi oleh Sigmud Freud dan Erick Erikson.
    Freud berfokus pada masalah alam bawah sadar, sebagai salah satu aspek kepribadian manusia. Freud menyebutkan bahwa kepribadian manusia memiliki tiga struktur penting, yaitu id, ego, dan superego. Id berisi segala sesuatu yang secara psikologis telah ada sejak manusia lahir, termasuk insting-insting. Id merupakan tempat berkumpulnya energi psikis dan menyediakan seluruh daya untuk menggerakkan kedua struktur kepribadian lainnya. Ego adalah struktur kepribadian yang berkaitan dengan realita dan membuat keputusan-keputusan rasional. Sedangkan superego adalah memutuskan apakah sesuatu itu benar atau salah, sehingga ia dapat bertindak sesuai dengan norma-norma moral yang diakui masyarakat. Kemudian tiga komponen kepribadian ini berkembang melahui tahap-tahap perkembangan psikoseksual dan setiap tahap perkembangan tersebut individu mengalami kenikamatan pada satu bagian tubuh lebid daripada bagian tubuh lainnya.
Erick Erikson adalah salah satu seorang teoritis ternama dalam bidang perkembangan rentang kehidupan.salah satu sumbangannya yang terbesar dalam psikologi perkembangan adalah psikososial. Istilah “psikososial” berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai mati dibentuk oleh pengaruh-pengaruh social yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis (Hall & Lidzye, 1993). Masing-masing tahap tahap memiliki tugas perkembangan yang khas, dan mengharuskan individu menghadapi dan menyelesaikan krisis.  Untuk setiap krisis, selalu ada pemecahan yang positif dan negative, pemecahan yang positif akan menghasilkan kesehatan jiwa, sedangkan pemecahan yang negative akan membentuk penyesuaian yang buruk
2. Teori Kognitif
    Teori kognitif didasarkan pada asumsi bahwa kemampuan kogntif merupakan sesuatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku individu. Teori kogntif menekankan pada pikiran-pikiran sadar. Saat ini sering dibahas dua teori tentang perkembangan, yaitu teori perkembangan kognitif Piaget dan teori pemrosesan informasi.
    Piaget menyebutkan bahwa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau periode-periode yang terus bertambah kompleks.
Teori pemrosesan informasi (information processing theory) menekankan pentingnya proses-proses kognitif dengan tiga asumsi, yaitu (1) pikiran dipandang sebagai suatu system penyimpanan atau pengembalian informasi, (2) individu-individu memproses informasi dari lingkungan, (3) terdapat keterbatasan pada kapasitas untuk memproses informasi dari seorang individu )Zigler & Stevenson, 1993). Berdasarkan asumsi tersebut, dapat dipahami bahwa teori pemrosesan informasi lebih menekankan pada bagaimana individu memproses informasi tentang dunia mereka, bagaimana informasi masuk kedalam pikiran, bagaimana informasi disimpan dan disebarkan, dan bagaimana informasi diambil kembali untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas yang kompleks, seperti memecahkan masalah dan berpikir.
Model kognisi dari teori pemrosesan informasi, diadaptasi dari Seifer & Haffnung, 1994)
3. Teori Kontekstual
    Teori kontekstual memandang perkembangan sebagai proses yang terbentuk dari transaksi timbale balik antara anak dan konteks perkembangan system fisik, sosial, kutural, dan histories dimana interaksi tersebut terjadi. Ada dua teori kontekstual, yaitu teori etologis dan teori ekologis.
    Pendekatan etologi difokuskan pada asal usul evolusi dari tingkah laku dan menekankan tingkah laku yang terjadi dalam lingkungan alamiah. Teori etologi mengenai perkembangan menekankan bahwa perilaku sangat dipengaruhi oleh biologi, terkait dengan evolusi, dan ditandai oleh periode-periode krisis atau sensitive (Santrok, 1998).
    Berbeda dengan teori etologis, teori ekologis memberikan penekanan pada system lingkungan. Tokoh utama teori ekologi adalh Urie Brofenbrenner. Pendekatan ekologi terhadap perkembangan mengajukan bahwa konteks dimana berlangsung perkembangan individu, baik kognitifnya, sosioemosional, kapasitas dan karakteristik motivasional, maupun partisipasi aktifnya merupakan unsur-unsur penting bagi perkembangan (Seifert & Hoffnung, 1994). Brofenbrenner menggambarkan empat kondisi lingkungan dimana perkembangan terjadi, yaitu mikrosistem, mesositem, ekositem, dan makrosistem.
    a.     Mikrosistem
        Menunjukkan situasi dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Kontek ini meliputi keluarga, teman, sebaya, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen social.
    b.     Mesositem
        Menunjukkan hubungan antara dua atau lebih mikrositem atau hubungan beberapa konteks. Misalnya hubungan antara rumah dan sekolah.
    c.     Ekositem
              Terdiri dari setting social dimana individu tidak berpartisipasi aktif, tetapi keputusan penting yang diambil memiliki dampak terhadap orang-orang yang berhubungan langsung dengannya. Misalnya tempat orang tua bekerja, dewan sekolah, pemerintah lokal.
    D.     Makrosistem
              Meliputi cetak biru pembentukan social dan kebudayaan untuk menjelaskan dan mengoragnisir institusi kehidupan. Makrosistem direfleksikan dalam pola lingkan mikrosistem, mesositem, dan ekosistem yang dicirikan dari sebuah subkultur, kultur, atau konteks sosial lainnya yang lebih luas. Misalnya system kepercayaan bersama tentang umat manusia.

4. Teori Behavior dan Belajar Sosial
    Teori behavior (teori tingkahlaku) mula-mula dikembangkan oleh J.B.Watson (1878-1958),  asumsinya adalah perilaku dapat diamati, dipelajari melalui pengalaman dan lingkungan. Berikut ada tiga versi tentang pembentukan perilaku, yaitu Pavlov dengan kondisioning klasik, Skinner dengan kondisoning operan, dan Bandura dengan teori belajar sosial.